Ajari Kami Bekerja
“Kami disebut tidak bisa bekerja, Pak.”
Sekali lagi suara di telepon itu menggema di hatiku. Telah tiga kali sahabatku curhat tentang hal yang sama dan orang yang sama. Aku bingung, bagaimana hendak menanggapinya dan memilih mendengarkannya saja.
“Kami telah bekerja, Pak. Mungkin tidak cukup menghasilkan sesuatu yang berarti. Tapi, kami telah bekerja. Bekerja keras, meskipun mungkin bukan sebuah kerja cerdas. Kami menyusuri jalan-jalan di perumahan, meletakkan brosur di tiap pintu yang tertutup atau melakukan komunikasi dengan Ibu-ibu dan pembantu.”
“Kami mungkin tidak cerdas, namun kami tetap ingin bekerja dan menghasilkan hal-hal besar, prestasi-prestasi utama. Kami tidak diajari bagaimana kami mesti bekerja. Kami hanya diperintah untuk bekerja dan menghasilkan sesuatu yang besar.”
Hhmm. Aku menarik nafas panjang usai itu. Sahabatku itu memang hanya tengah ingin bercerita dan mencurahkan perasaannya. Aku, sahabatnya, hanya dapat sesekali menimpalinya dengan doa kesabaran dan memompakan semangat untuk tetap bekerja dengan mulia.
Aku tidak tahu, apakah semua pimpinan organisasi memang hanya bisa memerintah. Memerintah dengan ketajaman kata-kata tanpa memberikan arah yang jelas. Aku tidak tahu, apakah semua pemimpin organisasi memang hanya bisa marah ketika targetnya tidak tercapai dan tidak menawarkan strategi yang layak untuk diikuti. Aku tidak tahu. Aku pernah mengenal pemimpin yang menetapkan strategi yang jelas, menjalin komunikasi yang santun, namun juga mampu menjadi panglima yang berdiri paling depan di barisan dalam pertempuran.
Aku tidak tahu. Aku hanya tahu pemimpin itu memang untuk diikuti. Artinya dia memiliki kapasitas yang cukup untuk diikuti. Ilmu yang mumpuni, strategi bekerja yang mudah diikuti, arah jalan yang lurus, cara komunikasi yang santun dan elegan, serta kesediaan untuk mendampingi dan bukan sekedar mengajak. (Saat aku menulis ini, aku justru merasa tidak satupun hal yang kumiliki).
Kepada sahabatku aku hanya berpesan, tetaplah bekerja, karena itulah yang Tuhan perintahkan. Bekerjalah dengan kemuliaan, karena Rasul dan orang-orang beriman akan menyaksikan apa yang kau kerjakan. Malu rasanya, jika yang mereka saksikan dari pekerjaan kita hanya kecurangan dan keculasan. Itu saja. Sebuah pesan yang diam-diam juga kuulang-ulang untuk diriku yang masih gagal bekerja dengan mulia …
Tidak ada komentar:
Posting Komentar