Senin, 22 November 2010

Api Unggun

Api Unggun

Apa kabar sahabat?
Bisikmu kali ini hampir sama
Kembali pada irama putaran waktu
Seperti menikam malam sebelumnya
Dimana kau pernah memetik kisahnya
Bagaimana ruang sunyi itu bercerita…
Tentang kisah yang tercecer di Kelimutu
Hidup kini selalu berbeda bagi setiap diam
Atau mengejar bunga impian sampai Tuban
Dimana Dewi kuburkan tatto Anggrek hitam
Atau tawa lepas sambut saudara para pemabuk
Yang paraunya lenyap ditelan subuh Malioboro
Apa kabar sahabat?
Langkahmu kali ini hampir sama
Seperti langkah tiga tangkai Mawar dari Kota Baru
Yang peran-nya mewakili badut panggung sandiwara
Terseok-seok lintasi remang malam jembatan layang
Menghayati arti setiap pijar lampu dan trotoar jalanan
Terdengar riuh tawa, suara sumbang terasa asin…
Lihatlah tiga Mawar ingin menyapa dunia
Dengan sorot mata hati yang setajam mata pisau
Tebarkan penggalan senyum manis yang tersisa
Meninggalkan mata air di pusat arus listrik kota
Untuk mengejutkan urat nadi para penghuni-nya
Untuk jelas melihat kosong mana jiwa mana raga
Apa kabar sahabat?
Masih teringat ketika menghibur kisah dua hati
Mengiringi kesyahduan warna kelam langit malam
Meracik kopi semangat berharap berdiri tegak lagi
Untuk menyatukan serakan kepingan hati mereka
Saling jaga dalam cahaya redup pantai Parang Tritis
Aku akan menjadi api unggun wahai sahabat
Ketika mimpi beku-mu pupuskan wangi surga
Karena kurasa juga begitu sulit berharap lebih
Kepada diri yang ingin menjadi bayang sendiri
Akan kunyalakan api unggun wahai sahabat
Yang terangnya jujur tanpa gemerlap pikiran
Yang terangnya mengikis kesombongan kata
Yang terangnya mengiringi perjalanan pulang
Dalam kebersamaan lingkar nafas alam semesta
Keutuhan ini akan lebih indah tanpa beban dunia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar