Surga Darul Muaqaamah
Kata Darul Muaqaamah berarti suatu tempat tinggal dimana di dalamnya orang-orang tidak pernah merasa lelah dan tidak merasa lesu. Tempat ini diperuntukkan kepada orang-orang yang bersyukur sebagaimana yg disebutkan di dalam surat Faathir ayat 35. Sedangkan surga Darul Muaqaamah ini terbuat dri permata putih.
Al Fathir:34-35
Dan mereka berkata: “Segla puji bagi Allah yang telah menghilangkan duka cita dari kami. Sesungguhnya Tuhan kami benar-benar Maha Pengampun lagi Maha Mensyukuri. Yang menempatkan kami dalam tempat yang kekal (surga) dari Karunia-Nya; di dalamnya kami tiada merasa lelah dan tiada pula merasa lesu”. (Al-Fathir:34-35)
Allah memberitahukan bahwa pada hari kiamat tempat tinggal sebagian hamba-hamba-Nya yang terpilih dan yang mewarisi Al-Kitab yang diturunkan dari Tuhan semesta Alam adalah surga-surga Allah.”Di dalamnya, mereka mengenakan perhiasan gelang-gelang emas dan mutiara”. Hal ini sebagaiman ditegaskan dalam kitab sahih dari Abu Hurairah ra, dari Rasulullah saw, beliau bersabda, “Perkakas yang disandang seorang mukmin meliputi anggota wudhunya”.”Pakaian mereka di dalamnya adalah sutra.”Karena itu, sutra diharamkan kepada mereka saat di dunia. Kemudian Allah membolehkannya di akhirat. Dalam kitab sahih ditegaskan bahwa Rasulullah saw bersabda,”Barngsiapa yang memakai sutra di dunia maka dia tidak akan memakainya di akhirat.”
“Didalamnya kami tiada merasa lelah dan tiada pula merasa lesu.”Di dalamnya kami tidak merasa penat dan lesu yaitu kelelahan fisik maupun psikis. Mereka berada dalam kondisi senang dan tenang selamanya. “Makan dan minumlah dengan sedap disebabkan amal yang telah kamu kerjakan pada hari-hari yang telah lau.” (Al-Haqqah:24)
Al Fathir:34-35
Dan mereka berkata: “Segla puji bagi Allah yang telah menghilangkan duka cita dari kami. Sesungguhnya Tuhan kami benar-benar Maha Pengampun lagi Maha Mensyukuri. Yang menempatkan kami dalam tempat yang kekal (surga) dari Karunia-Nya; di dalamnya kami tiada merasa lelah dan tiada pula merasa lesu”. (Al-Fathir:34-35)
Allah memberitahukan bahwa pada hari kiamat tempat tinggal sebagian hamba-hamba-Nya yang terpilih dan yang mewarisi Al-Kitab yang diturunkan dari Tuhan semesta Alam adalah surga-surga Allah.”Di dalamnya, mereka mengenakan perhiasan gelang-gelang emas dan mutiara”. Hal ini sebagaiman ditegaskan dalam kitab sahih dari Abu Hurairah ra, dari Rasulullah saw, beliau bersabda, “Perkakas yang disandang seorang mukmin meliputi anggota wudhunya”.”Pakaian mereka di dalamnya adalah sutra.”Karena itu, sutra diharamkan kepada mereka saat di dunia. Kemudian Allah membolehkannya di akhirat. Dalam kitab sahih ditegaskan bahwa Rasulullah saw bersabda,”Barngsiapa yang memakai sutra di dunia maka dia tidak akan memakainya di akhirat.”
“Didalamnya kami tiada merasa lelah dan tiada pula merasa lesu.”Di dalamnya kami tidak merasa penat dan lesu yaitu kelelahan fisik maupun psikis. Mereka berada dalam kondisi senang dan tenang selamanya. “Makan dan minumlah dengan sedap disebabkan amal yang telah kamu kerjakan pada hari-hari yang telah lau.” (Al-Haqqah:24)
Cara Masuk Surga Tanpa Hisab
Orang yang masuk surga ada 3 macam, yaitu: Langsung masuk surga tanpa hisab (dihitung kebaikan dan keburukannya), masuk surga setelah dihisab, dan masuk surga setelah diadzab terlebih dahulu di neraka. Tentunya semua orang akan mengidam-idamkan masuk surga tanpa harus masuk neraka. Tapi bagaimana caranya? Mungkin ini adalah pertanyaan yang terlintas di benak setiap orang secara spontan begitu membaca judul ini.Sempurnakan Tauhid !
Agar masuk surga tanpa hisab, syarat yang harus dipenuhi adalah membersihkan tauhid dari noda-noda syirik, bid’ah, dan maksiat. Alloh berfirman, “Sesungguhnya Ibrohim adalah seorang imam yang dapat dijadikan teladan lagi patuh kepada Alloh dan hanif (lurus). Dan sekali-kali bukanlah dia termasuk orang-orang yang mempersekutukan (Rabb).” (An Nahl: 120). Dalam ayat ini, Alloh memuji nabi Ibrohim dengan menyebutkan empat sifat, yang apabila keempat sifat ini ada pada diri seorang insan, maka ia berhak mendapatkan balasan yang tertinggi, yaitu masuk surga tanpa hisab dan tanpa adzab.
Mencontoh Para Nabi Dalam Bertauhid
Di dalam Al Qur’an Alloh memberikan uswah (teladan) kepada kita pada dua sosok manusia yaitu Nabi Ibrohim dan Nabi Muhammad ‘alaihimashsholaatu was salaam. Alloh berfirman, “Sesungguhnya telah ada suri teladan yang baik bagimu pada Ibrohim dan orang-orang yang bersama dengan dia; ketika mereka berkata kepada kaum mereka, ‘Sesungguhnya kami berlepas diri dari kamu dan dari apa yang kamu sembah selain Alloh, kami ingkari (kekafiran)mu dan telah nyata antara kami dan kamu permusuhan dan kebencian buat selama-lamanya sampai kamu beriman kepada Alloh saja’.” (Al Mumtahanah: 4)
Perhatikanlah, Ibrohim ‘alaihis salam menjadi teladan dengan memurnikan tauhid dengan cara berlepas diri dari kesyirikan. Dalam ayat selanjutnya, Alloh berfirman, “Sesungguhnya pada mereka itu (Ibrohim dan umatnya) ada teladan yang baik bagi kalian (yaitu) bagi orang yang mengharap (pahala) Alloh dan (keselamatan pada) hari kemudian.” (QS. Al Mumtahanah: 6). Tidak diragukan lagi, balasan yang paling besar dan keselamatan yang dimaksud adalah masuk surga tanpa hisab dan tanpa azab. Itulah keselamatan yang hakiki yang dinanti oleh setiap jiwa yang pasti akan merasakan mati.
Alloh juga berfirman tentang Nabi kita Muhammad shollallohu ‘alaihi wa sallam, “Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rosululloh itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Alloh dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Alloh.” (Al Ahzab: 21). Nabi Muhammad adalah orang yang paling paham tentang tauhid, maka orang yang hendak mempraktekkan tauhid dalam dirinya harus mencontoh ajaran beliau. Ya Alloh, masukkanlah kami dalam golongan orang yang mengharap rahmat-Mu dan banyak menyebut-Mu.
Patuh Terhadap Perintah Alloh
Nabi Ibrohim adalah seorang yang sangat patuh kepada Alloh, teguh dalam ketaatannya dan senantiasa berada dalam ketundukannya, apapun keadaannya. Buktinya ketika beliau diuji dengan perintah untuk menyembelih putra kesayangannya, beliau pun tetap patuh melaksanakannya (Qoulul Mufid karya Syaikh Al Utsaimin). Begitu juga keturunannya, pemimpin para Nabi, Muhammad shollallohu ‘alaihi wa sallam, hamba Alloh yang paling taat. Alloh berfirman, “(Apakah kamu hai orang musyrik yang lebih beruntung) ataukah orang yang beribadah di waktu-waktu malam dengan sujud dan berdiri, sedang ia takut kepada (adzab) akhirat dan mengharapkan rahmat Rabbnya?” (Az Zumar: 9)
Keluar dari Kegelapan Syirik Menuju Cahaya Tauhid
Ibnul Qoyyim mengatakan, “Hanif adalah menujukan ibadah hanya kepada Alloh (tauhid) dan berpaling dari peribadatan kepada selain-Nya (syirik).” (Fathul Majid). Inilah sifat orang yang akan masuk surga tanpa hisab dan tanpa adzab, yakni betul-betul menjaga kemurnian tauhidnya dengan berpaling sejauh-jauhnya dari kesyirikan dengan segala macam pernak-perniknya. Mujahid berkata, “Nabi Ibrohim adalah seorang imam walaupun beliau beriman seorang diri di tengah kaumnya yang kafir.” (Tafsir Ibnu Katsir, An Nahl: 120). Maksudnya beliau adalah sosok yang selamat dari kesyirikan baik dalam perkataan, perbuatan, maupun keyakinan.” (Al Jadid karya syaikh Al Qor’awi). Maka untuk memurnikan tauhid, kita harus berpaling dari syirik dan pelakunya.
Tawakkal Kepada Alloh, Itu Kuncinya
Mari kita simak sabda Nabi yang paling kita cintai dan sangat mencintai umatnya, Muhammad sholallohu ‘alaihi wa sallam tentang masuk surga tanpa hisab dan tanpa adzab. Beliau bersabda, “Beberapa umat ditampakkan kepadaku, lalu kulihat seorang nabi bersama beberapa orang, ada seorang nabi bersama satu atau dua orang, dan ada seorang nabi yang tidak disertai siapapun. Tiba-tiba ditampakkan kepadaku satu golongan dalam jumlah yang amat banyak, sehingga aku mengira mereka adalah umatku. Maka ada yang memberitahukan kepadaku, ‘Ini adalah Musa dan kaumnya.’ Aku melihat lagi, ternyata di sana ada jumlah yang lebih banyak lagi. Ada yang memberitahukan kepadaku, ‘Itulah umatmu, tujuh puluh ribu orang di antara mereka masuk surga tanpa hisab dan tanpa adzab.’ Kemudian beliau bangkit dan masuk rumah. Maka orang-orang berkumpul bersama orang-orang yang sudah berkumpul. Sebagian mereka mengatakan, ‘Barangkali mereka adalah para sahabat Rosululloh shalAllohu ‘alaihi wa sallam.’ Sebagian yang lain mengatakan, ‘Boleh jadi mereka adalah orang-orang yang dilahirkan dalam Islam dan tidak menyekutukan sesuatu pun beserta Alloh.’ Mereka pun mengatakan banyak hal. Lalu Rosululloh shalAllohu ‘alaihi wa sallam keluar menemui mereka dan mereka memberitahukan kepada beliau. Maka beliau bersabda, ‘Mereka adalah orang-orang yang tidak meminta ruqyah, tidak meminta untuk (berobat dengan cara) disundut dengan api, dan tidak melakukan tathayyur, serta mereka bertawakal kepada Alloh.’ Lalu ‘Ukkasyah bin Mihshon berdiri dan berkata, ‘Berdo’alah kepada Alloh agar Dia menjadikan aku termasuk golongan mereka.’ Beliau bersabda, ‘Engkau termasuk golongan mereka.’ Kemudian ada orang lain berdiri dan berkata, ‘Berdo’alah kepada Alloh agar Dia menjadikan aku termasuk golongan mereka.’ Beliau bersabda, ‘Engkau sudah didahului ‘Ukasyah.’” (HR. Al Bukhori dan Muslim)
Di antara pelajaran paling berharga yang bisa dipetik dari hadits ini adalah bahwa tidak meminta ruqyah, tidak berobat dengan cara disundut dengan besi panas (kayy), dan tidak menganggap akan mengalami kesialan setelah mendengar atau melihat sesuatu (tathoyyur) merupakan wujud dan realisasi dari tawakkal kepada Alloh. Karena itulah Rosululloh menganjurkan kepada umatnya agar tidak melakukan ketiga hal tersebut, karena pengaruh ruqyah dan kayy yang sangat kuat sehingga dikhawatirkan seorang hamba menggantungkan harapan kesembuhannya kepada cara pengobatan tersebut dan bukannya bersandar kepada Alloh. Khusus untuk tathoyyur maka hukumnya tidak diperbolehkan. Kesimpulannya, keadaan orang yang akan masuk surga sangat tergantung dari kadar tawakkal setiap orang, semakin tinggi tingkat tawakkalnya semakin tinggi pula tingkat kesempurnaan tauhidnya. Allohlah tempat kita bersandar dan menyerahkan urusan. Wallohu a’lam.
Surga Al-Maqamul Amin
DefinisiKata Al-Maqamul Amin menurut Dr M Taquid-Din dan Dr M Khan berarti tempat yang dan diperuntukkan bagi orang-orang yang bertakwa. Sedangkan surga Al-Maqamul Amin ini terbuat dari permata putih.
Kata Al-Qur’an tentang Surga Al-Maqamul Amin.
Ad-Dukhaan:51-57
“Sesungguhnya orng-orng yang bertakwa berada dalam tempat yang aman, (yaitu)di dalam taman-taman dan mata air, mereka sutera yang hals dan sutera yang tebal, (duduk) berhadap-hadapan. Demikianlah dan kami berikan kepada mereka bidadari. Didalamnya mereka meminta segala macam buah-buahan dengan aman (dari segala kekhawatiran), mereka tidak akan merasakan mati di dalamnya kecuali mati di dunia. Dan Allah memelihara mereka dari azab neraka, sebagai karunia Tuhanmu, yang demikian itu adalah keberuntungan yang besar” (Ad-Dukhaan:51-57)
Setalah Allah menyebutkan suasana yang dialami orng-orng yang ditimpa kemalangan, dilanjutkan dengan menerangkan orng-orng yang berbahagia. dan karena inilah Al-Quran dianamakan kitab Matsani. Maka Allah berfirman “Sesungguhnya orng-orng yang bertakwa kepada Allah di dunia berada di tempat yang aman, yaitu di akhirat nanti adalah surga. Mereka akan meras aman di dalamnya dari kematian, di keluarkan dari sana, dan dari semua kesedihan, kegelisahan, kecapaian, dan rasa ait. Dan, akan merasa aman dari setan dan ganguannya. dari semua bencana dan musibah. “Yaitu di dalam taman-taman dan mata air-mata air’, dan ini merupakan kebalikan dari apa yang dialami oleh penghuni neraka, berupa pohon zaqum dan minuman yang sangat panas. Firman Allah selanjutnya ” Mereka memakai sutra yang tebal. “Yakni yang berkilat dan gemerlap seperti bulu-bulu dan rumbai-rumbai yang dipasang pada bagian atas gamis-gamis. “Berhadap-hadapan”diatas ranjang. Tidak seorangpun dari mereka yang duduk lalu punggungnya membelakangi orng lain.
Firman Allah selanjutnya, “Demikianlah, dan kami berikan kepada mereka bidadari-bidadari.”Yakni, pemberian ini beserta pemberian pasangan-pasangan yang baik, yaitu bidadari-bidadari dari yang”yang tidak pernah disentuh oleh jin dan manusia sebelumnya”dan”seolah-olah mereka itu adalah yaqut dan marjan”Tidak ada balasan yang baik kecuali dengan yang baik pula.”
Jadi dari Firman Allah diatas kita dapat mengambil kesimpulan bahwa yang kelak akan menghuni surga Al-Maqamul Amin adalah mukmin-mukmin yang bertakwa kepada Allah.
Surga Khuldi
Surga Khuldi digambarkan Al-Qur’an di dalam surat Al-Furqan ayat 15-16 yang di dalam kitab Ibn Katsir dijelaskan sebagai berikut.
1. Al-Furqan:15-16
“Katakanlah;”Apa (azab) yang demikian itulah yang baik, atau surga yang kekal yang telah dijanjikan kepada orang-orang yang bertakwa?”.Dia menjadi balasan dan tempat kembali bagi mereka?”.Bagi mereka di dalam surga itu apa yang mereka kehendaki. sedang mereka kekal (di dalamnya).(hal itu) adalah janji Tuhanmu yang patut dimohonkan (kepada-Nya).(Al-Furqan 15-16)
Allah berfirman, “Hai Muhammad, katakanlah kepada mereka, apakah kondisi kaum yang celaka di dalam Jahannam yang diternagkan Allah dan apa yang mereka diterima di dalamnya itu yang lebih baik, ataukah surga yang kekal yang telah dijanjikan kepada orang-orang yang bertakwa diantara hamba-hamba-Nya, surga yang menjadi balasan dan tempat kembali bagi mereka atas ketaatan mereka kepada-Nya di dunia?”Bagi mereka di dalam surga itu apa yang ,mereka kehenadaki,”seperti aneka kelezatan yang belum pernah terlihat, terdengar, dan terlintas dalam benak manusia, kelezatan yang abadi dan tidak terputus-putus. Inilah janji Allah yang telah dikaruniakan kepada mereka dan sebagai kebaikan-Nya kepada mereka. Karena itu, Allah berfirman, “Itulah janji dari Tuhanmu yang patut dimohonkan,” yakni janji yang wajib dan pasti terjadi.
Dari penjabaran surat diatas, kita dapat mengambil pelajaran bahwa para penghuni surga Khuldi adalah orang-orang yang taat menjalankan perintah Allah dan menjauhi segala larangan-Nya.
1. Al-Furqan:15-16
“Katakanlah;”Apa (azab) yang demikian itulah yang baik, atau surga yang kekal yang telah dijanjikan kepada orang-orang yang bertakwa?”.Dia menjadi balasan dan tempat kembali bagi mereka?”.Bagi mereka di dalam surga itu apa yang mereka kehendaki. sedang mereka kekal (di dalamnya).(hal itu) adalah janji Tuhanmu yang patut dimohonkan (kepada-Nya).(Al-Furqan 15-16)
Allah berfirman, “Hai Muhammad, katakanlah kepada mereka, apakah kondisi kaum yang celaka di dalam Jahannam yang diternagkan Allah dan apa yang mereka diterima di dalamnya itu yang lebih baik, ataukah surga yang kekal yang telah dijanjikan kepada orang-orang yang bertakwa diantara hamba-hamba-Nya, surga yang menjadi balasan dan tempat kembali bagi mereka atas ketaatan mereka kepada-Nya di dunia?”Bagi mereka di dalam surga itu apa yang ,mereka kehenadaki,”seperti aneka kelezatan yang belum pernah terlihat, terdengar, dan terlintas dalam benak manusia, kelezatan yang abadi dan tidak terputus-putus. Inilah janji Allah yang telah dikaruniakan kepada mereka dan sebagai kebaikan-Nya kepada mereka. Karena itu, Allah berfirman, “Itulah janji dari Tuhanmu yang patut dimohonkan,” yakni janji yang wajib dan pasti terjadi.
Dari penjabaran surat diatas, kita dapat mengambil pelajaran bahwa para penghuni surga Khuldi adalah orang-orang yang taat menjalankan perintah Allah dan menjauhi segala larangan-Nya.
Ciri-ciri penghuni Surga Firdaus
Desember 5, 2009 — Eza reza da beberapa nama surga yang disebutkan dalam AlQuran, antara lain firdaus, Aden, Na’iim, ma’wa, dan darussalaam. Masing-masing memiliki kriteria penghuninya. Sebagaimana yang diterangkan di dalam AlQuran. Berikut adalah ciri-ciri orang akan memasuki surga firdaus :- Beriman
- Khusu’ dalam sholat
- Menjauhkan diri dari perbuatan dan perkataan yang tiada berguna
- Menunaikan zakat
- Menjaga kemaluan dari maksiat
- Memelihara amanah
- Menepati janji
- Menjaga sholat
Untuk memuluskan menuju firdaus kita buat program dalam kehidupan kita, bagaimana iman kita selalu meningkat sebagimana imannya para Nabi, Sholat kita dengan penuh konsentrasi, menjauhi perbuatan sia-sia dan seterusnya seperti yang telah disebutkan mengenai ciri-cirinya. Setelah program dibuat, diberi penjelasan juga langkah-langkah apa yang akan dilakukan agar semua program itu berjalan. Kurikulumnya sudah, buku panduannya AlQuran dan AsSunnah, pengajarnya Ulama Pewaris Nabi, metodenya terjun langsung dalam dakwah.
Nasihat nabi: untuk urusan dunia lihatlah orang yang lebih rendah dari kamu supaya kamu mudah untuk mensukuri nikmat Allah, namun untuk urusan akhirat lihatlah para Nabi supaya kamu jangan cepat puas dengan amal dan pengorbanan yang telah kamu lakukan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar