Kamis, 18 November 2010

Kemenangan bukanlah Segalanya

Kemenangan bukanlah Segalanya

“Untuk apa menang, jika engkau hanya membuat susah banyak orang?”
Kalimat itu yang meluncur deras dari mulut Tarjo (diperankan dengan luar biasa oleh Mamiek Prakoso) kepada anaknya Guntur. Kemenangan dalam kejuaraan bulu tangkis anak-anak di sebuah desa di Banyuwangi, yang dipersembahkan Guntur pada ayahnya yang juga pelatihnya. Tarjo memang melatih Guntur dengan sangat keras, disertai hukuman jika kalah.
Kemenangan bukanlah segalanya (baca juga di sini). Ini pelajaran pertama yang kudapat dari film King. Jujur, aku kecewa menontonnya, karena yang kuharapkan adalah biografi sang legenda bulutangkis Indonesia Liem Swie King. Namun, menontonnya secara utuh justru membuatku belajar banyak.
Kita mungkin dapat meraih kemenangan dengan mengalahkan banyak lawan. Namun, dia bukanlah kemenangan, jika diraih dengan segala cara, bahkan cara-cara yang menjijikkan. Kita mungkin dapat meraih kemenangan dengan mengumpulkan sebanyak mungkin nilai. Namun, dia bukanlah kemenangan, jika diperoleh dengan mengorbankan banyak hal, termasuk kebersamaan, persaudaraan dan persahabatan.
“King” juga mengajarkan, bahwa sebuah kemenangan terasa indah justru ketika diraih dengan tetesan keringat, dengan kelelahan fikir, bahkan rembesan darah dan diperoleh dengan cara yang mulia. Kemenangan hanya niscaya diperoleh dalam kebersamaan dan menjadi lebih indah ketika menjadi kemenangan bersama, meski hanya disebut untuk sebuah nama.
Ya, kemenangan adalah niscaya dicapai dalam usaha bersama. Namun, bukan dengan memanfaatkan sesama atau menjejakkan kaki kita di kepala mereka untuk naik lebih tinggi …

Tidak ada komentar:

Posting Komentar