Idul Adha Kali Ini…
Allahu akbar Allahu akbar. Laa ilahaillallahu Allahu akbar. Allahu akbar walillaahilham
Gema takbir terus berkumandang di luar sana. Memuja kebesaran Sang Pencipta, menyambut hari raya Idul Adha. Semua orang bersuka cita menanti datangnya, begitu juga dengan anak-anak kecil yang bertetanggaan denganku. Setelah adzan Isya berkumandang dan shalat ditunaikan, mereka dengan penuh semangat berlarian menuju lapangan yang terletak tepat di samping rumahku. Bermain kembang api, lilin, petasan, itulah yang mereka lakukan.
Melihat mereka, saya jadi teringat masa kecil dulu. Tak ubahnya bocah-bocah di lapangan itu, saya dan teman-teman seakan tak sabaran menanti malam lebaran tiba. Entah itu Idul Fitri ataupun Idul Adha.
Tempurung kelapa telah kami persiapkan. Bulu-bulu dan sisa kelapa kami kerok habis sampai tempurung itu halus. Lilin warna warni telah kami beli jauh hari sebelum lebaran tiba. Kembang api dan mercon juga telah kami persiapkan. Lalu ketika malam lebaran tiba, tanpa peduli larangan dari orang tua untuk tidak keluar malam-malam, kami pun bergegas menuju persimpangan jalan yang letaknya tepat di depan rumahku.
Lilin kecil dengan aneka warna telah kami bakar dan lekatkan di tempurung. Malam yang gelap terang dengan cahayanya. Kemudian kami berkeliling kampung sambil takbiran mengikuti irama takbir dari meunasah.
Tapi sekarang, ketika takbir berkumandang di mesjid, di jalan-jalan, saya hanya bisa mendengar sambil melafalkannya di dalam hati. Lebaran Idul Adha kali ini harus saya habiskan bersama bayi-bayi lucu yang baru terlahir di dunia ini. Tak ada kue dan lontong buatan mama. Tak ada shalat idul adha di mesjid bersama keluarga. Yang ada hanya ruangan putih, inkubator, monitor, dan bayi-bayi tak berdosa. Sedih dan letih memang, tapi jika mengingat kembali khutbah-khutbah Idul Adha tentang pengorbanan Ibrahim dan Ismail saya jadi bersemangat kembali. Apa yang saya lakukan sungguh tidak ada apa-apanya jika dibandingkan Rasulullah itu.
Terkadang saya sering mengeluh dengan apa yang saya jalani saat ini. Tidak bisa berkumpul dengan keluarga karena harus dinas di rumah sakit. Tetapi jika mengingat kisah Ibrahim yang karena perintah Allah rela mengorbankan buah hati yang sangat dicintainya Ismail, saya jadi malu sendiri. Baru sedikit saja saya diminta berkorban, sudah mengeluh.
Dengan momentum Idul Adha ini, sudah seharusnya saya dan kita semua harus berbenah dini. Terus berkorban untuk mendapatkan ridha Allah seperti yang dilakukan Ibrahim dan Ismail. Mengurangi berkeluh kesah karena itu hanya akan membuat diri semakin kerdil.
Lebaran di rumah sendiri atau di rumah sakit sama saja. Yang penting hikmah Idul Adha dapat diresapi dalam jiwa. Tetap semangat menjalani Idul Adha kali ini bersama bayi-bayi lucu yang iringan tangisnya membuat saya semakin semangat untuk memberikan yang terbaik bagi mereka.
Selamat Hari Raya Idul Adha 1431 H. Semoga dengan momentum hari raya kurban ini kita semakin ikhlas berkorban di jalan Allah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar