Selasa, 09 November 2010

Lokavora dan Pelestarian Alam

Lokavora dan Pelestarian Alam (bagian dua)

Kita sering membaca bahwa pestisida dan pupuk kimia menyebabkan kanker. Ada hasil studi yang menunjukkan bahwa anak-anak memiliki kemungkinan terkena kanker akibat efek pestisida empat kali lebih besar dari orang dewasa. Karena itu, sekarang lebih banyak orangtua yang melek mata terhadap makanan organik, terutama ketika ibu dalam keadaan mengandung sang buah hati. Seperti yang kita semua ketahui, memilih makanan alami dan organik membantu alam menjadi lebih sehat dan selaras.

Selain makan sayur organik, banyak orang tua yang membeli ayam kampung atau bebek, telur ayam kampung atau telur bebek, buah-buahan lokal dan beras merah organik. Juga membeli susu segar dari peternakan bagi yang tinggal di daerah yang memungkinan membeli susu sapi segar. Membuat camilan dari bahan alami hasil lokal makin sering dilakukan oleh ibu-ibu penganut lokavora (mengkonsumsi bahan pangan lokal). Sayangnya, kebiasaan ini sudah ditinggalan oleh banyak orang baik di kota besa maupun di daerah-daerah kecil yang masih terjangkau oleh siaran tivi dan radio.
Kita juga sudah sering membaca bahwa zat aditif pada makanan berbahaya bagi kesehatan dan salah satu pemicu kanker dan penyakit lainnya. Akan tetapi, banyak orang tidak peduli dengan efek sampingan makanan yang telah ditambah bahan-bahan perasa, pewarna serta pengawet. Banyak ibu-ibu malahan bangga bisa membelikan camilan instant yang banyak tambahan perasa serta warna, nilai gizinya kurang bisa bermanfaat bagi pertumbuhan anak-anak. Camilan yang dikemas dengan bungkus yang tidak ramah lingkungan menjadi jajan sehari-hari anak-anak di manapun berada, tidak saja di kota besar, tetapi juga di desa-desa karena pengaruh iklan yang gencar dan mengoda yang ditayangkan di media elektronik. Kemajuan IT membuat iklan menjadi hidup dan luar biasa daya tariknya, terutama bagi anak-anak, kelompok remaja, serta kaum ibu rumah tangga yang banyak waktunya dihabiskan di depan layar kaca. Dari iming-iming hadiah, tambahan vitamin ini dan itu, sampai menyentuh rasa 'harga diri' dan gengsi telah diramu dalam iklan-iklan yang ditayangkan memakai wajah-wajah nan ayu dan ganteng atau wajah orang yang terkenal walau kurang cakep. Yang penting, dagangan laris manis.....

Lokavora vs Kemajuan TeknologiKita sering menjumpai balita yang mengalami obesitas atau alergi karena sang ibu sering menyuapi dengan produk instant dengan kemasan yang sangat menggoda. Padahal jaman sebelum tujuh puluhan, ibu rumah tangga (IRT) membuat nasi tim dan membuat camilan dari bahan alami, misalnya kolak pisang, pilus ubi, klepon, bakwan jagung, dll. Kemajuan ilmu teknologi membuat ibu-ibu bangga bisa membelikan sang buah hati beberapa produk yang sering tampil di layar kaca maupun tabloid wanita. Coba saja hitung berapa iklan yang menawarkan produk minuman ini dan itu dengan iming-iming rendah kalori dan gula, ditambah vitamin C, kaya anti oksidan, dll. Atau iklan mi instan yang sangat menggoda sehingga anak-anak kecilpun akan minta sarapan mi instan. Padahal sejak dulu kala, kakek moyang kita makan paginya nasi, jagung, atau sagu (tergantung daerah tempat tinggal). Sekarang lebih banyak anak-anak dan orang dewasa makan roti, sereal, dan mi instant untuk makan pagi karena lebih praktis, mudah disediakannya, atau bekal ke sekolah dengan roti tangkap (daripada arem-arem), burger (daripada berbekal nasi goreng yang kurang praktis) membawa minuman botol, kotak, atau kaleng seperti yang diiklankan di layar kaca. Globalisasi juga perpengaruh pada cara makan kita, dari yang tradisional dan sesuai dengan alam di mana kita tinggal, menjadi seperti seragam dengan tempat-tempat lain di negara yang berbeda, dari lokavora menjadi globavora.

Tidak semua dampak yang ditimbulkan oleh kemajuan di bidang IT kurang baik. Sebaliknya kemajuan teknologi juga yang membuat sebagian(kecil prosentasenya) IRT yang melek teknologi belajar banyak dengan membuka situs internet atau berlanganan e-magazine gratis dari internet, maupun blog-blog yang memberikan info gratis tentang pola hidup Tentu saja jumlah golongan ini sangat sedikit dibanding dengan populasi penduduk di negara kita. Informasi gratis ini telah menjadikan segelintir IRT menyerap pengetahuan tambahan tentang makanan sehat dan pola hidup sehat (www. acupunturetoday.com, Yogalife Line, Prevention, detik.com, EatingWell.com). Sekarang ini makin banyak orang yang sudah mulai membawa bekal makanan sendiri bila pergi ke kantor. Alasannya: lebih hemat uang belanja, lebih sehat, hemat sampah plastik dan Styrofoam, serta hemat waktu dan energi karena tidak perlu meninggalkan kantor untuk membeli makan siang.

Melibatkan Anak-Anak
Berbahagialah yang memiliki rumah dengan halaman yang cukup luas. Karena halaman ini bisa dijadikan kebun mini untuk sayur organik . Menanam cabai, tomat, bayam, bockhoy, dihalaman merupakan sebuah selingan hobi yang menarik. Menanam buah dalam pot juga merupakan salah satu pengusir stress yang murah biaya dan menyenangkan hasilnya. Bagi yang halaman rumahnya kurang luas, bisa membuat kebun vertikal. Memanfaatkan sisa teh dan kopi, air cucian beras dan sayur serta daging, bisa menjadikan tanaman di halaman atau pot menjadi lebih subur. Bahkan di beberapa RT dan RK telah diadakan kegiatan membuat kompos bersama dari sampah organik. Melibatkan anak-anak kita dengan kegiatan berkebun organik berarti memberi pelajaran yang berharga bagi mereka untuk ikut melestarikan alam, merawat dan mencintai alam. Melibatkan anak-anak untuk merawat alam, akan membentuk pola hidup yang sehat juga. Melibatkan anak-anak dalam melestarikan alam, adalah sebuah edukasi terapan langsung untuk pro aktif merawat lahan tanpa tambahan zat kimia, menanamkan arti tanah resapan untuk menghindari bahaya banjir, mempunyai halaman yang produktif sekalian sejuk dan hijau, mengkonsumsi bahan pangan lokal secara maksimal.
Kegiatan ini juga bisa diterapkan oleh para guru di sekolah tempat mereka mengajar sebagai salah satu kegiatan ekstra kurikuler yang berharga bagi kehidupan murid di masa depan. Mengolah bersama kompos dan hasil perkebunan organik menjadi panganan yang sehat sambil mengkalkulasi biaya yang dipakai, akan memberikan pelajaran yang selalu diingat seumur hidup untuk mencintai alam dan mengasup bahan makanan yang sehat dan alami serta belajar berhitung. Bahkan bisa memberikan inspirasi berwiraswasta di masa depan sekaligus menjadi lokavora yang baik. Menjaga kebersihan lingkungan. Di Jakarta International School seperti yang dituturkan oleh teman saya, Herlina Subakti - salah seorang guru di JIS, murid-murid mendaur ulang kemasan plastik bungkus deterjen, pelembut pakaian, dll untuk dijadikan tas, dompet, atau kebutuhan lain yang bisa dipakai sehari-hari. Suatu tindakan nyata yang sangat kreatif, produktif, dan membantu lingkungan menjadi lebih bersih.

Tindakan NyataMulai dari hal yang kecil, kita bisa melestarikan alam. Alam di sekitar kita menjadi lebih hijau, lebih bersih, lebih sejuk, udara lebih bersih, menghasilkan, serta menyehatkan. Tidak perlu membuat rencana yang terlalu muluk-muluk untuk berpartisipasi dalam solusi pemanasan global. Hanya diperlukan tindakan nyata, kita bisa bersama melestarikan bumi kita yang satu ini. Cukup dengan menanami halaman rumah dan sekolah dengan tanaman yang menghasilkan, dan merawatnya dengan kasih sayang. Menjaga kebersihan di sekitar kita, mendaur ulang sampah yang ada, serta memilih makanan yang alami, organik, dan semaksimal mungkin mengkonsumsi bahan pangan lokal. Dan alam akan lebih lestari dan selaras. Ya, sesuai dengan nama blog ini: Bumi Larasati....


Pilihan hidup kita berdampak global pada kelestarian alam. Dan alam akan mengembalikan apa yang telah kita lakukan untuknya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar