Rabu, 10 November 2010

padang

Kota Padang

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Langsung ke: navigasi, cari
Kota Padang
Panorama kota Padang

Seal
Motto: Padang Kota Tercinta
Kota Padang terletak di Indonesia
Kota Padang
Letak Padang di Indonesia
Koordinat: 0°57′0″S 100°21′11″E / 0.95°LS 100.35306°BT / -0.95; 100.35306
Negara Indonesia
Provinsi Sumatra Barat
Hari jadi 7 Agustus 1669
Pemerintahan
 - Walikota Fauzi Bahar
Luas
 - Total 694,96 km2 (268,3 sq mi)
Ketinggian 3 m (10 ft)
Populasi (2010[1])
 - Total 833.584
 Kepadatan 1.199/km² (3.105,4/mil² )
Kecamatan 11[2]
Kelurahan 104
Zona waktu WIB (UTC+7)
Kode wilayah +62 751
Situs web www.padang.go.id
Kota Padang merupakan ibu kota provinsi Sumatera Barat, Indonesia dan merupakan kota terbesar di pesisir barat pulau Sumatera.
Pada masa kolonial Hindia-Belanda, kota ini menjadi pelabuhan utama dalam perdagangan teh, kopi dan rempah-rempah. Kemudian, memasuki abad ke-20, ekspor batu bara dan semen telah dilakukan melalui Pelabuhan Teluk Bayur.
Nama kota ini juga dirujuk menjadi sebutan lain untuk etnis Minangkabau, serta digunakan juga untuk menyebut masakan khas suku ini yang pada umumnya dikenal dengan nama Masakan Padang.[3]
Saat ini kota Padang menjadi pusat perekonomian, pendidikan dan kesehatan Sumatera Barat.

Daftar isi

[sembunyikan]

[sunting] Sejarah

Padang sekitar tahun 1795.
Kata Padang berasal dari bahasa Minang yang dapat bermaksud pedang, namun dapat juga untuk menunjukkan lapangan tempat kota ini berada.[4]
Menurut tambo setempat, kawasan kota ini dahulunya merupakan bahagian dari kawasan rantau yang didirikan oleh para perantau suku Minangkabau dari dataran tinggi (darek). Tempat pemukiman pertama adalah perkampungan di pinggiran selatan Batang Arau di tempat yang sekarang bernama Seberang Padang.[5]
Seperti kawasan rantau Minangkabau lainnya, pada awalnya kawasan daerah pesisir pantai barat Sumatera berada di bawah kerajaan Pagaruyung.[6] Pada awal abad ke-17, kawasan tersebut telah menjadi bahagian dari kedaulatan kesultanan Aceh.[7][8]
Kota Padang pada masa penjajahan Belanda.
Kota Padang mulai berkembang sejak kehadiran VOC (Vereenigde Oost Indische Compagnie) pada tahun 1663, yang kemudian diiringi dengan migrasi penduduk Minangkabau dari kawasan luhak.[9] Selain memiliki muara yang bagus, VOC tertarik membangun pelabuhan di kawasan tersebut untuk memudahkan akses perdagangan dengan kawasan pedalaman Minangkabau. Pada tahun 1668, VOC berhasil mengusir pengaruh Aceh di sepanjang pesisir pantai barat Sumatera, kemudian melalui regent Jacob Pits meminta Raja Pagaruyung untuk kembali melakukan hubungan dagang.[10] Selanjutnya, VOC membangun kota ini menjadi kota pelabuhan dan pemukiman baru di pantai barat Sumatera.
Kemudian, pada tanggal 7 Agustus 1669, terjadi pergolakan masyarakat Pauh dan Koto Tangah melawan monopoli VOC. Peristiwa ini kemudian diabadikan sebagai tahun lahir kota Padang.[11]
Pada tahun 1797, diperkirakan pernah terjadi gempa bumi berkekuatan 8.5–8.7 skala Richter, dan menimbulkan tsunami yang melanda pesisir kota Padang, menyebabkan kerusakan pada kawasan Air Manis.[12]
Seluruh kekuasaan VOC diambil alih pemerintah Belanda dengan membentuk pemerintahan kolonial pada 31 Desember 1799. Pada tahun 1833, residen James du Puy melaporkan terjadi gempa bumi di Padang, para ahli memperkirakan berkekuatan 8.6-8.9 skala Richter serta menimbulkan tsunami.[12]
Pada tahun 1837, kota Padang dijadikan pusat pemerintahan wilayah Gouvernement Sumatra's Westkust[13] yang meliputi Sumatera Barat dan Tapanuli.
Pada 1 Maret 1906, dikeluarkan ordonansi (STAL 1906 No.151) oleh pemerintah Hindia-Belanda yang menetapkan Padang sebagai daerah gemeente, berlaku sejak 1 April 1906.
Menjelang masuknya tentara pendudukan Jepang pada tanggal 17 Maret 1942, kota Padang telah ditinggalkan begitu saja oleh Belanda karena kepanikan mereka, dan disaat bersamaan Soekarno sempat tertahan di kota ini karena pihak Belanda waktu itu ingin membawanya turut serta melarikan diri ke Australia.[14] Kemudian panglima Angkatan Darat Jepang untuk Sumatera menemuinya untuk merundingkan nasib Indonesia selanjutnya.[15]
Setelah Jepang dapat mengendalikan situasi, kota ini kemudian dijadikan sebagai kota administratif untuk urusan pembangunan dan pekerjaan umum.[16]
Berita kemerdekaan Indonesia tanggal 17 Agustus 1945, baru sampai ke kota Padang sekitar akhir bulan Agustus, namun pada tanggal 10 Oktober 1945 tentara Sekutu telah masuk ke kota Padang melalui pelabuhan Teluk Bayur, dan kemudian kota ini diduduki selama 15 bulan.[17]
Pada tanggal 9 Maret 1950, kota Padang dikembalikan ke tangan Republik Indonesia yang sebelumnya merupakan negara bagian melalui surat keputusan Presiden Republik Indonesia Serikat (RIS) nomor 111. Kemudian, berdasarkan Undang-undang nomor 225 tahun 1948, Gubernur Sumatera Tengah waktu itu melalui surat keputusan nomor 65/GP-50, tanggal 15 Agustus 1950 menetapkan perluasan wilayah kota Padang.[16] Pada tanggal 29 Mei 1958, Gubernur Sumatera Barat melalui surat keputusan nomor 1/g/PD/1958, secara de facto menetapkan kota Padang menjadi ibukota provinsi Sumatera Barat, dan secara de jure di tahun 1975, yang ditandai dengan keluarnya Undang-undang nomor 5 tahun 1974 tentang pokok-pokok pemerintahan di daerah.
Kemudian, setelah menampung segala aspirasi dan kebutuhan masyarakat setempat, pemerintah Republik Indonesia mengeluarkan peraturan pemerintah nomor 17 tahun 1980, yang menetapkan perubahan batas-batas wilayah kota Padang sebagai pemerintah daerah.[18]
Kota Padang mendapat piala Adipura untuk pertama kalinya pada tahun 1986 dari Presiden Soeharto atas prestasinya menjadi salah satu kota terbersih di Indonesia. Selanjutnya di tahun 1991 kota ini juga memperoleh Adipura Kencana.[11]
Pada tanggal 30 September 2009, kota ini mengalami gempa berkekuatan 7.6 skala Richter, dengan titik pusat gempa di laut pada 0.84° LS dan 99.65° BT dengan kedalaman 71 km, yang menyebabkan kehancuran 25 % infrastruktur yang ada di kota ini.[19] Dalam kunjungan serta mengawasi secara langsung proses evakuasi dan pemulihan karena bencana ini, presiden Susilo Bambang Yudhoyono meminta seluruh aparat pemerintah untuk mengutamakan kegiatan tanggap darurat kemudian dilanjutkan dengan rehabilitasi serta rekonstruksi.[20] Pada tanggal 27 Oktober 2010 presiden SBY kembali ke kota ini untuk meninjau dan memastikan kegiatan tanggap darurat atas bencana gempa bumi dan tsunami yang terjadi di kepulauan Mentawai.[21]
Reruntuhan Hotel Ambacang di kota Padang akibat gempa bumi 30 September 2009

[sunting] Geografi

Kota Padang terletak di pantai barat pulau Sumatera, dengan luas keseluruhan kota Padang adalah 694,96 km²[22] atau setara dengan 1,65 persen dari luas provinsi Sumatera Barat. Dari luas tersebut, lebih dari 60%-nya, yaitu ± 434,63 km², merupakan daerah perbukitan yang ditutupi hutan lindung, sementara selebihnya merupakan daerah efektif perkotaan.
Kota Padang memiliki garis pantai sepanjang 84 km dan pulau kecil sebanyak 19 buah (diantaranya yaitu pulau Sikuai dengan luas 4.4 Ha di kecamatan Bungus Teluk Kabung, pulau Toran seluas 25 Ha[23] dan pulau Pisang Gadang[24] di Kecamatan Padang Selatan). Daerah perbukitan membentang dibagian timur dan selatan kota. Bukit-bukit yang terkenal di kota Padang di antaranya adalah Bukit Lampu, Gunung Padang, Bukit Gado-Gado, dan Bukit Pegambiran.
Wilayah daratan kota Padang ketinggiannya sangat bervariasi, yaitu antara 0 m sampai 1.853 m di atas permukaan laut dengan daerah tertinggi adalah kecamatan Lubuk Kilangan. Kota Padang memiliki banyak sungai, yaitu 5 sungai besar dan 16 sungai kecil, dengan sungai terpanjang yaitu Batang Kandis sepanjang 20 km. Tingkat curah hujan kota Padang mencapai rata-rata 405,58 mm per bulan dengan rata-rata hari hujan 17 hari per bulan. Suhu udaranya cukup tinggi, yaitu antara 23°-32° C pada siang hari dan 22°-28° C pada malam hari, dengan kelembabannya berkisar antara 78-81%.[25]
[sembunyikan]Cuaca untuk Kota Padang dan sekitarnya
Bulan Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sep Okt Nov Des Tahun
Rata-rata tinggi °C (°F) 32 (90) 32 (90) 32 (90) 32 (90) 32 (90) 31 (88) 30 (86) 30 (86) 30 (86) 30 (86) 30 (86) 30 (86) 30 (86)
Rata-rata rendah °C (°F) 22 (72) 22 (72) 23 (73) 23 (73) 23 (73) 23 (73) 22 (72) 22 (72) 24 (75) 23 (73) 23 (73) 23 (73) 23 (73)
Sumber: [26] 25 Mei 2010

[sunting] Kependudukan

Kota Padang merupakan kota dengan jumlah penduduk paling banyak di provinsi Sumatera Barat, dengan rasio jenis kelamin 99.13, sedangkan jumlah angkatan kerja 344.497 orang dengan jumlah pengangguran 50.343 orang.[22]
Tahun 1819 1874 1930 1971 1980 1990 2008
Jumlah penduduk 8.500 25.000 52.054 195.912 480.607 631.263 856.815
Sejarah kependudukan kota Padang
Sumber:[9][22]

[sunting] Etnis

Penduduk kota Padang sebagian besar beretnis Minangkabau. Etnis lain yang juga menjadi penghuni adalah Jawa, Tionghoa, Nias, Mentawai, Batak, Aceh dan Tamil.
Orang Nias sempat menjadi kelompok minoritas terbesar pada abad ke-19. VOC membawa mereka sebagai budak sejak awal abad ke-17. Sistem perbudakan diakhiri pada tahun 1854 oleh Pengadilan Negeri Padang. Pada awalnya mereka menetap di Kampung Nias, namun kemudian kebanyakan tinggal di Gunung Padang. Cukup banyak juga orang Nias yang menikah dengan penduduk Minangkabau. Selain itu, ada pula yang menikah dengan orang Eropa dan Tionghoa. Banyaknya pernikahan campuran ini menurunkan persentase suku Nias di Padang.[27]
Belanda kemudian juga membawa suku Jawa sebagai pegawai dan tentara, serta ada juga yang menjadi pekerja di perkebunan. Selanjutnya, pada abad ke-20 orang Jawa kebanyakan datang sebagai transmigran. Selain itu, suku Madura, Ambon dan Bugis juga pernah menjadi penduduk kota Padang, sebagai tentara Belanda pada masa perang Padri.
Suasana pelabuhan Emmahaven saat menyambut Gubernur jenderal Johan Paul van Limburg Stirum sekitar tahun 1916
Penduduk Tionghoa datang tidak lama setelah pendirian pos VOC. Orang Tionghoa di Padang yang biasa disebut dengan Cina Padang, sebagian besar sudah membaur dan biasanya berbahasa Minang.[27] Pada tahun 1930 paling tidak 51 persen merupakan perantau keturunan ketiga, dengan 80 persen adalah Hokkian, 2 persen Hakka, dan 15 persen Kwongfu.
Suku Tamil atau keturunan India kemungkinan datang bersama tentara Inggris. Daerah hunian orang Tamil di Kampung Keling merupakan pusat niaga. Sebagian besar dari mereka yang bermukim di kota Padang sudah melupakan budayanya.[28]
Orang-orang Eropa dan Indo yang pernah menghuni kota Padang menghilang selama tahun-tahun di antara kemerdekaan (1945) dan nasionalisasi perusahaan Belanda (1958).[27]
Orang Minang di kota Padang merupakan perantau dari daerah lainnya dalam provinsi Sumatera Barat. Pada tahun 1970, jumlah pendatang sebesar 43% dari seluruh penduduk, dengan 64% dari mereka berasal dari daerah-daerah lainnya dalam provinsi Sumatera Barat. Pada tahun 1990, dari jumlah penduduk kota Padang, 91% berasal dari etnis Minangkabau.[9]

[sunting] Agama

Mayoritas penduduk kota Padang memeluk agama Islam. Kebanyakan pemeluknya adalah orang Minangkabau. Agama lain yang dianut di kota ini adalah Kristen, Buddha, dan Khonghucu, yang kebanyakan dianut oleh penduduk bukan dari suku Minangkabau.
Beragam tempat peribadatan juga dijumpai di kota ini. Selain didominasi oleh masjid, gereja dan klenteng juga terdapat di kota Padang.
Masjid Raya Ganting merupakan masjid tertua di kota ini, yang dibangun sekitar tahun 1700, sebelumnya masjid ini berada di kaki Gunung Padang sebelum dipindahkan ke lokasi sekarang, beberapa tokoh nasional pernah salat di masjid ini diantaranya Soekarno, Hatta, Hamengkubuwana IX dan A.H. Nasution.[29] Bahkan Soekarno sempat memberikan pidato di masjid ini.[30]
Masjid Raya Ganting
Dalam rangka mendorong kegairahan penghayatan kehidupan beragama terutama bagi para penganut agama Islam pada tahun 1983 untuk pertama kalinya di kota ini diselenggarakan Musabaqah Tilawatil Qur'an (MTQ) tingkat nasional yang ke-13.[31]

[sunting] Pemerintahan

[sunting] Awal kemerdekaan

Setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia, Mr. Abubakar Jaar diangkat sebagai walikota pertama kota Padang, yang merupakan seorang pamong sejak zaman Belanda,[32] yang kemudian menjadi residen di Sumatera Utara.[33] Pada tanggal 15 Agustus 1946 dipilih Bagindo Azizchan sebagai walikota kedua[34], atas usulan Residen Mr. St. M. Rasjid[35][36], seiring dengan keadaan negara dalam situasi darurat perang akibat munculnya agresi Belanda. Kemudian pada tanggal 19 Juli 1947, Belanda melancarkan sebuah serangan militer dalam kota Padang. Bagindo Azizchan yang waktu itu berada di Lapai ikut tewas terbunuh sewaktu menjalankan tugasnya sebagai kepala pemerintahan kota Padang.[37]
Untuk menghindari kekosongan pemerintahan, Said Rasad dipilih sebagai penganti, dan menjadi Walikota ketiga. Kemudian, ia memindahkan pusat pemerintahan ke kota Padangpanjang.[16] Namun, pada bulan September 1947, Belanda menunjuk Dr. A. Hakim, untuk menjadi walikota Padang.[16]
Pada awal tahun 1950-an, sewaktu Dr. Rasidin menjadi walikota Padang, ia mengeluarkan kebijakan pelarangan penggunaan becak sebagai sarana transportasi angkutan umum di kota Padang, karena dianggap kurang manusiawi.[16] Kemudian, di tahun 1956, B. Dt. Pado Panghulu, seorang penghulu dari kota Bukittinggi, terpilih sebagai walikota Padang berikutnya.[32] Tidak lama kemudian, pecah ketegangan antara pemerintah pusat dengan pemerintah daerah. Ketegangan memuncak pada tanggal 15 Februari 1958, dan Pemerintahan Revolusioner Republik Indonesia (PRRI) dideklarasikan. Selanjutnya, PRRI yang dianggap sebagai pemberontak[38] oleh pemerintah pusat dihancurkan dengan pengiriman kekuatan militer terbesar yang tercatat dalam sejarah Indonesia.[39] Akibat peristiwa ini juga, terjadi eksodus besar-besaran suku Minangkabau ke daerah lain.[40]
Setelah PRRI, pada tanggal 31 Mei 1958, Z. A. St. Pangeran dilantik menjadi walikota Padang yang ketujuh, dengan setumpuk beban berat. Selain melanjutkan pembangunan, ia juga harus memulihkan kondisi psikologis masyarakat yang tercabik akibat perang saudara.[40] Namun pada pertengahan tahun 1966, dia dipaksa mundur dari jabatannya oleh para mahasiswa.[17]

[sunting] Orde baru

Setelah runtuhnya demokrasi terpimpin pasca Gerakan 30 September, dan kemudian muncul istilah Orde Baru, pada tahun 1966, Drs. Azhari terpilih sebagai walikota Padang yang kedelapan.[31] Pada tahun 1967, ia digantikan oleh Drs. Akhiroel Yahya sebagai walikota kesembilan.[11]
Pada tahun 1971, Drs. Hasan Basri Durin terpilih sebagai walikota Padang,[41] yang kemudian pada tahun 1983 digantikan oleh Syahrul Ujud S.H.,[42] yang menjadi walikota Padang selama dua periode. Selanjutnya, di tahun 1993, ia digantikan oleh mantan wartawan Drs. Zuiyen Rais, M.S.,[41] yang juga memimpin kota Padang selama dua periode sampai pada tahun 2003.

[sunting] Pemilihan langsung

Dalam suasana reformasi pemerintahan dan era otonomi daerah, Drs. Fauzi Bahar, M.M, terpilih kembali pada tahun 2009 untuk masa jabatan kedua kalinya sebagai walikota Padang dalam pemilihan langsung pada kali pertama, sedangkan pada masa jabatan sebelumnya pada tahun 2004 dia masih dipilih melalui sistem perwakilan di DPRD kota.[43]

[sunting] Perwakilan

DPRD kota Padang 2009-2014
Partai Kursi
Partai Demokrat 17
PKS 6
Partai Golkar 5
PAN 5
Partai Hanura 4
PPP 3
PBB 2
Partai Gerindra 2
PDI-P 1
Total 45
Sumber:[44]

Sesuai dengan konstitusi yang berlaku, DPRD kota merupakan perwakilan rakyat. Untuk kota Padang, anggota DPRD kota adalah sebanyak 45 orang.[43] Dari hasil Pemilu Legislatif 2009, tersusun DPRD kota Padang dari perwakilan sembilan partai.[44]

[sunting] Pendidikan

Kampus Universitas Andalas di Limau Manis
Kota Padang sejak dari zaman kolonial Belanda telah menjadi pusat pendidikan di Sumatera Barat. Tercatat pada tahun 1864, jumlah pelajar yang terdaftar di sekolah yang ada di kota ini sebanyak 237 orang.[45]
Saat ini, perguruan tinggi yang berada di kota ini terdiri atas universitas, institut, sekolah tinggi, akademi dan politeknik, diantaranya Universitas Andalas dan Politeknik Negeri Padang yang berlokasi di Limau Manis, Universitas Negeri Padang (sebelumnya bernama IKIP Padang) di Air Tawar, Institut Agama Islam Negeri Imam Bonjol di Lubuk Lintah, Politeknik Kesehatan Padang di Siteba, dan Akademi Teknologi Industri Padang di Tabing. Beberapa perguruan tinggi swasta juga berada di kota ini, seperti Universitas Bung Hatta yang terletak di pinggir pantai Ulak Karang, Institut Teknologi Padang yang terletak di jalan Gajah Mada, dan Universitas Muhammadiyah Sumatera Barat yang terletak di Pasir Jambak.
Pendidikan formal SD atau MI negeri dan swasta SMP atau MTs negeri dan swasta SMA negeri dan swasta MA negeri dan swasta SMK negeri dan swasta Perguruan tinggi
Jumlah satuan 477 129 49 10 42 58
Data sekolah di kota Padang
Sumber:[46][47][48]

[sunting] Kesehatan

Sebagai ibukota provinsi, kota Padang telah memiliki beberapa pusat fasilitas kesehatan yang cukup lengkap di provinsi Sumatera Barat. Selain memiliki beberapa rumah sakit yang bertaraf nasional, juga telah didukung oleh beberapa perguruan tinggi yang berkaitan dengan kesehatan, salah satunya adalah Rumah Sakit Umum Dr. M. Djamil[49] yang berafiliasi dengan Fakultas Kedokteran Universitas Andalas dan Politeknik Kesehatan Padang. Pasca gempa 30 September 2009, kondisi bangunan dan peralatan rumah sakit ini memprihatinkan.[50] Rumah Sakit M. Djamil saat ini tengah berusaha memperbaiki program Hospital Disaster untuk mengantisipasi kejadian serupa nantinya.[51]
Sementara pemerintahan kota Padang sendiri juga telah memiliki rumah sakit yang bernama Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Rasidin.[52] Untuk memberikan pelayanan yang maksimal, pemerintahan kota Padang juga telah mendirikan sebanyak 20 buah puskesmas dan 58 buah puskesmas pembantu pada wilayah kecamatan di kota ini. Untuk tahun 2007, satu puskesmas di kota Padang rata-rata melayani 41.000 orang. Angka ini lebih tinggi dari konsep ideal wilayah puskesmas yang hanya untuk melayani 30.000 orang saja. Sehingga jika ditinjau dari penyebaran sarana kesehatan sudah memadai, namun jika ditinjau dari aspek mutu pelayanan kesehatan masih jauh dari yang diharapkan. [53]
Data kesehatan kota Padang
Izin Praktek Jumlah
Dokter spesialis 36
Dokter umum 100
Dokter gigi 36
Bidan 407
Perawat 214
Asisten Apoteker 373
Apotik 180
Optikal 25
Toko obat 98
Rumah bersalin 55
Klinik pengobatan tradisional 31
Sumber:[53]

Selain itu, di kota ini juga terdapat rumah sakit yang dikelola oleh BUMN, Kepolisian, TNI AD dan pihak swasta. PT. Semen Padang saat ini merelokasi Rumah Sakit Semen Padang pada kawasan baru, yang dirancang berlantai tujuh dengan luas tanah 19.500 m²[54] dan diperkirakan dapat beroperasi pada tahun 2011.[55] Rumah Sakit Tentara Dr. Reksodiwiryo yang dikelola oleh TNI AD terletak pada kawasan cagar budaya Ganting, rumah sakit ini berdiri pada komplek bangunan peninggalan zaman Belanda dan sebelumnya merupakan tempat peristirahatan para tentara kolonial.[35]

[sunting] Pelayanan publik

Untuk melayani kebutuhan akan air bersih, pemerintah kota melalui PDAM kota Padang sampai tahun 2007, telah memiliki 13 unit sumur bor dan Instalasi Pengolahan Air Lengkap (IPAL) di wilayah Gunung Pangilun dan Instalasi Pengolahan Air (IPA) di wilayah Lubuk Minturun, Ulu Gadut, Pegambiran dan Bungus.[56] Sekitar 60% akan kebutuhan air bersih dipasok dari perusahaan pemerintah daerah ini.[57] Selain itu pada tahun 2006 kota ini diharapkan telah memiliki fasilitas untuk penyediaan air siap minum.[58]
Sedangkan untuk mengantisipasi kebutuhan akan energi listrik, di kota ini telah dibangun sebuah PLTU Teluk Sirih unit I yang terletak di kecamatan Bungus Teluk Kabung dan ditargetkan selesai pada Desember 2011 dengan kapasitas 1x112 MW.[59]
Untuk jaringan telekomunikasi, hampir disetiap kawasan dalam kota ini telah terjangkau terutama untuk jaringan telepon genggam, dan pada kawasan tertentu telah tersedia layanan gratis internet tanpa kabel (Wi-Fi) atau dikenal juga dengan hotspot yang terdapat pada beberapa perguruan tinggi, pusat perbelanjaan, hotel, bahkan kantor polisi.[60][61]
Dalam menangani masalah sampah, pemerintah kota memfungsikan lahan pada kecamatan Koto Tangah di TPA Air Dingin seluas 30.3 ha, yang berjarak 17 km dari pusat kota serta berjarak 7 km dari kawasan pemukiman. Dari 1.432 m³ sampah per hari yang dihasilkan di kota Padang, hanya 800 m³ sampah per hari yang dapat dikelola di TPA tersebut.[62] Selain itu kota ini juga masih terkendala dengan jumlah armada untuk mengangkut sampah yang tidak sebanding dengan banyaknya sampah, idealnya kota ini memiliki 150 buah armada pengangkut sampah yang saat ini baru tersedia sebanyak 63 buah.[63]
Sejak dahulu kota Padang sangat rawan terhadap banjir, pemerintah kolonial Hindia-Belanda telah mencoba menanggulangi diantaranya dengan menata tata ruang dan tata kota terutama memperbaiki beberapa bantaran sungai yang membelah kota ini[64] namun belakangan hal ini terabaikan sehingga baru-baru ini banjir sampai merendam beberapa kawasan di kota Padang.[65] Sebelumnya beberapa kawasan terutama di kecamatan Koto Tangah merupakan kawasan yang berfungsi sebagai daerah resapan air namun pemerintah kota menetapkan kawasan tersebut sebagai daerah perkembangan perumahan sehingga menjadi daerah pemukiman padat penduduk. Perubahan fungsi ini berdampak jika curah hujan cukup tinggi (>223,03 mm/jam) maka menimbulkan banjir pada kawasan tersebut seluas 44.09 Ha dengan tinggi genangan air mencapai 60 cm selama lebih dari 6 jam.[66] Sementara sistem jaringan drainase kota Padang terdiri dari 19 areal dengan luas cakupan 3.986 Ha, yang kesemuanya mengalir ke arah sungai utama yaitu Batang Arau, Batang Kuranji dan Batang Air Dingin.[62]
Kota Padang termasuk kota di Indonesia yang berada pada kawasan berkategori rawan gempa bumi dan tsunami, untuk mengantisipasi hal itu pemerintah setempat telah membangun beberapa kawasan tertentu sebagai lokasi evakuasi terhadap kemungkinan bencana alam tersebut.[67][68]

[sunting] Perhubungan

Angkutan kota di Padang
Pelabuhan Telukbayur, Padang
Sebelumnya, rute utama yang menghubungkan kawasan rantau (kota Padang) dengan darek (pedalaman Minangkabau) masa lalu, adalah jalur yang pernah ditempuh Raffles pada tahun 1818 untuk menuju Pagaruyung melalui kawasan Kubung XIII di kabupaten Solok sekarang.[69]
Saat ini ada tiga ruas jalan utama yang menghubungkan kota Padang dengan kota-kota lain di Sumatera. Jalan ke utara menghubungkan kota ini dengan Kota Bukittinggi, dan di sana bercabang ke kota Medan dan Pekanbaru. Terdapat pula cabang jalan di dekat Lubuk Alung ke arah kota Pariaman. Jalan ke timur menuju kabupaten Solok dan kota Solok, yang tersambung dengan Jalan Lintas Sumatera bagian tengah. Sebelumnya, di Arosuka terdapat persimpangan menuju kabupaten Kerinci melalui kabupaten Solok Selatan. Jalan ke selatan yang menyusuri pantai barat Sumatera menghubungkan kota Padang dengan provinsi Bengkulu, melalui kabupaten Pesisir Selatan.
Terminal Regional Bingkuang (TRB) berada di Air Pacah dan selesai dibangun tahun 1999. Terminal ini menggantikan Terminal Lintas Andalas di Olo Ladang. Penggunaan TRB ini tidak seperti yang diharapkan, dan sampai beberapa tahun sesudahnya belum juga dapat menggantikan terminal lama.[70] Setelah gempa tanggal 30 September 2009, TRB dialihfungsikan sebagai kantor pemerintahan daerah kota Padang untuk sementara waktu.[71]
Penemuan cadangan batubara di kota Sawahlunto mendorong Pemerintah Hindia Belanda membangun rel kereta api serta rute jalan baru melalui kota Padangpanjang sekarang, yang diselesaikan pada 1896.[72] Jalur kereta api ini selain menghubungkan kota Padang dengan kota Sawahlunto, juga mencapai kota-kota lain seperti kota Solok, kota Pariaman, kota Padangpanjang, kota Bukittinggi dan kota Payakumbuh. Saat ini rel kereta api yang aktif hanyalah jalur Pariaman-Padang untuk kereta api wisata, dan Teluk Bayur-Indarung untuk pengangkutan semen.
Angkutan dalam kota dilayani oleh bis kota, mikrolet dan taksi. Selain itu di pusat kota masih dapat ditemukan bendi (sejenis kereta kuda), sedangkan ojek biasanya beroperasi di perumahan dan pinggiran kota.
Kota Padang memiliki beberapa kawasan pelabuhan, diantaranya pelabuhan Teluk Bayur yang melayani pengangkutan laut baik ke kota-kota lain di Indonesia maupun ke luar negeri. Pelabuhan ini dibuka pada 1892 dan dahulunya bernama Emmahaven. Pelabuhan yang kedua adalah Pelabuhan Muara yang berfungsi melayani transportasi laut untuk kapal ukuran sedang terutama untuk tujuan ke atau dari kabupaten Kepulauan Mentawai dan kawasan sekitarnya. Kedua pelabuhan ini dikelola PT Pelindo II.
Sampai tahun 2005, Bandar Udara Tabing melayani perhubungan udara Padang dengan kota-kota lain. Dengan selesainya pembangunan Bandar Udara Internasional Minangkabau[73] di Ketaping, Kabupaten Padang Pariaman, penerbangan sipil dialihkan ke bandara baru tersebut.

[sunting] Perekonomian

Jalan di Padang dengan latar Plaza Andalas.
Kota Padang merupakan kota yang memiliki pendapatan per kapita tertinggi di Sumatera Barat.[74] Sektor industri, perdagangan dan jasa menjadi andalan dibandingkan dengan sektor pertanian. Hal ini terjadi karena transformasi ekonomi kota cenderung merubah lahan pertanian menjadi kawasan industri.
Di kota ini terdapat sebuah pabrik semen yang bernama PT Semen Padang dan telah beroperasi sejak didirikan pada tahun 1910. Pabrik semen ini berlokasi di Indarung dan merupakan pabrik semen yang pertama di Indonesia[75], dengan kapasitas produksi 5.240.000 ton per tahun.[76] Hampir 63 persen dari produksinya[75] (baik dalam bentuk kemasan zak maupun curah) didistribusikan melalui laut dengan memanfaatkan Pelabuhan Teluk Bayur.
Meskipun kota Padang diguncang gempa bumi pada 30 September 2009, inflasi tinggi tidak terjadi. Dilaporkan bahwa tingkat inflasi kota Padang pada Oktober 2009 sebesar 1,78%, dengan laju inflasi tahunan kota Padang tercatat sebesar 4,36% dan laju inflasi tahun kalender sebesar 3,27%.[77] Setelah pemulihan ekonomi pasca gempa, inflasi tahunan kota Padang pada akhir triwulan-I 2010 masih rendah dan berada pada kisaran 3,05%.[78]
Plaza Andalas sebagai salah satu pusat perdagangan modern di kota Padang, yang ditutup pasca gempa, pada tanggal 1 April 2010 mulai beroperasi kembali dan pemerintah setempat berharap dapat menjadi pemicu bangkitnya kembali perekonomian masyarakat[79], walaupun beberapa pasar tradisional masih berada dalam keadaan pasar darurat, menunggu selesainya proses rekonstruksi dan rehabilitasi.[80][81]
Kota Padang sebagai kota pelabuhan sejak abad ke-19 telah mengalami pertumbuhan ekonomi cepat yang didorong oleh tingginya permintaan kopi dari Amerika, sehingga pada tahun 1864 telah berdiri salah satu cabang Javaansche Bank yakni bank yang bertanggung jawab terhadap mata uang di Hindia Belanda serta telah mengikuti standar selaras dengan yang ada di negara Belanda. Seiring itu pada 1879 juga telah muncul bank simpan pinjam, hal ini mencerminkan tingginya tingkat peredaran uang di kota ini.[82]
Kantor Javaansche Bank di Padang tempo dulu

[sunting] Pariwisata

Kota Padang terkenal akan legenda Siti Nurbaya dan Malin Kundang, dan saat ini kota Padang sedang berbenah ke arah pembangunan kepariwisataan.[83]
Kota ini memiliki sebuah museum yang terletak di pusat kota yang bernama Museum Adityawarman. Museum ini mengkhususkan diri pada sejarah dan budaya suku Minangkabau, suku Mentawai dan suku Nias.
Di kawasan Pelabuhan Muara banyak dijumpai beberapa bangunan peninggalan zaman Belanda. Dari sehiliran Batang Arau, terdapat sebuah jembatan yang bernama jembatan Siti Nurbaya. Jembatan itu menghubungkan sebuah kawasan bukit yang dikenal juga dengan nama Gunung Padang. Konon, pada bukit ini terdapat kuburan Siti Nurbaya.[84]
Kemudian di Pelabuhan Teluk Bayur terdapat beberapa kawasan wisata seperti pantai Air Manis, tempat batu Malin Kundang berdiri.[85] Selain itu, di Padang juga terdapat kawasan wisata pantai Caroline, pantai Bungus, serta sebuah resort Wisata yang terletak di pulau Sikuai.[86]
Sedangkan ke arah kecamatan Koto Tangah, terdapat kawasan wisata alam Lubuk Minturun, serta kawasan wisata pantai Pasir Jambak.[87]
Kota ini juga terkenal akan masakannya. Selain menjadi selera sebahagian besar masyarakat Indonesia, masakan ini juga populer sampai ke mancanegara[88]. Makanan yang populer diantaranya seperti Gulai, Rendang, Ayam Pop, Terung Balado, Gulai Itik Cabe Hijau, Nasi Kapau, Sate Padang dan Karupuak Sanjai. Restoran Padang banyak terdapat di seluruh kota besar di Indonesia. Meskipun begitu, yang dinamakan sebagai "masakan Padang" sebenarnya dikenal oleh suku Minangkabau secara umum.[3]
Panorama pelabuhan Muara pada sehiliran Batang Arau tempo dulu

[sunting] Olahraga, Seni dan Budaya

Beberapa klub utama sepak bola, diantaranya PS Semen Padang dan PSP Padang, bermarkas di kota ini. Kedua kesebelasan ini menggunakan Stadion Agus Salim yang dibangun pada tahun 1957 sebagai tempat untuk pertandingan laga kandang.
Kota ini juga memiliki lapangan pacuan kuda, yang setiap tahunnya diadakan lomba pacu kuda pada kawasan Tunggul Hitam yang memiliki panjang lintasan 1.600 m.[89]
Perlombaan selaju sampan atau dikenal dengan nama lomba perahu naga biasanya diadakan setiap tahunnya di sungai Banda Bakali. Lomba perahu naga ini kemungkinan dipengaruhi oleh etnis Tionghoa, termasuk kesenian tarian tradisional Barongsai yang pernah mewakili kota Padang pada beberapa perlombaan tingkat internasional.[90]
Dalam memperingati hari jadinya, kota ini setiap tahunnya menyelenggarakan pesta telong-telong, berupa perayaan pada malam hari yang dimeriahkan dengan pemasangan obor atau lampion.[91] Sementara itu menjelang masuk bulan Ramadhan masyarakat muslim di kota ini selalu menyelenggarakan tradisi balimau yaitu mandi keramas, biasanya dilakukan pada kawasan tertentu yang memiliki aliran sungai dan tempat pemandian.[92]
Salah satu tradisi adat Minangkabau yaitu persembahan (pasambahan) dalam upacara pemakaman masih dilaksanakan pada kecamatan Kuranji.[93] Sementara pada kecamatan Pauh dikenal dengan tradisi silat Pauh (Silek Pauah).[94]
Kota ini juga menjadi sumber inspirasi bagi para seniman untuk menuangkan kreasinya, beberapa karya seni yang berkaitan dengan kota ini antara lain:
  • Roman/Novel
  • Film/Sinetron
  • Lagu/Puisi/Sajak

[sunting] Pers dan Media

Kota Padang, sejak zaman Hindia-Belanda sudah menjadi tempat penerbitan surat kabar. Sumatera Courant merupakan koran pertama yang terbit di kota Padang, bahkan Sumatera antara tahun 1859[95] dan 1860[96], serta disaat bersamaan juga muncul Padangsche Nieuws en Advertentieblad pada 17 Desember 1859 oleh R.H. Van Wijk Rz. Setelah itu, kota Padang banyak menerbitkan koran-koran berbahasa Melayu dan Belanda, diantaranya Padangsche Handelsblad (1871) oleh H.J. Klitsch & Co, Bentara Melayu (1877) oleh Arnold Snackey, Pelita Kecil (1 Februari 1886) pimpinan Mahyuddin Datuk Sutan Marajo, Pertja Barat (1892) di bawah pimpinan Dja Endar Moeda, De Padanger (1900) oleh J. van Bosse, dan Warta Berita (1901), surat kabar berbahasa Indonesia pertama yang didirikan oleh Mahyuddin Datuk Sutan Marajo. Selanjutnya, pada tahun 1911, muncul surat kabar Soeting Melajoe yang merupakan surat kabar khusus perempuan. Pada tahun yang sama pula muncul surat kabar dua mingguan yang bernama al-Munir.[97]
Hingga saat ini kota Padang masih menjadi kota penerbitan surat kabar, diantaranya yang cukup terkenal adalah Harian Haluan dan Singgalang. Kedua surat kabar ini masih konsisten menyediakan rubrik dalam bahasa Minang.[98]
Beberapa stasiun radio juga terdapat di kota ini, seperti RRI Padang,[99] Radio Classy FM[100] dan Pronews 90 FM.[101]
Selain TVRI Sumatera Barat yang berada di kota Padang, juga terdapat beberapa stasiun TV swasta yang beroperasi di kota ini, diantaranya Padang TV dan Favorit TV.

[sunting] Rujukan

  1. ^ "BPS: Jumlah Penduduk Sumbar 4.845.988 jiwa", antara-sumbar.com, 1 September 2010.
  2. ^ Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 17 Tahun 1980 tentang Perubahan Batas Wilayah Kotamadya Daerah Tingkat II Padang.
  3. ^ a b Masakan Padang, (2009), Jakarta: Galangpress Group, ISBN 978-602-8328-22-7
  4. ^ Colombijn, Freek. Paco-Paco (Kota) Padang. hlm. 55. 
  5. ^ Colombijn, Freek. Paco-Paco (Kota) Padang. hlm. 56. 
  6. ^ Cortesão, Armando, (1944), The Suma Oriental of Tomé Pires, London: Hakluyt Society, 2 vols.
  7. ^ Kathirithamby-Wells, J., (1969), Achehnese Control over West Sumatra up to the Treaty of Painan of 1663, JSEAH 10, 3:453-479.
  8. ^ Abdullah, Taufik Some Notes on the Kaba Tjindua Mato: An Example of Minangkabau Traditional Literature. (PDF) Diakses pada 30 Maret.
  9. ^ a b c Colombijn, Freek, (1996), Padang, Cities (Elsevier), Vol. 13, Issue 4, August 1996, hal. 281-288, doi:10.1016/0264-2751(96)00010-8. (Jurnal berbayar)
  10. ^ NA, VOC 1277, Mission to Pagaruyung, fols. 1027r-v
  11. ^ a b c Pemda Tingkat II Kotamadya Padang, (1995), 326 tahun Padang kota tercinta, 7 Agustus 1669-7 Agustus 1995: gerbang pariwisata Indonesia kawasan barat, Pemda Tingkat II Kotamadya Padang bekerja sama dengan PT. Buana Lestari.
  12. ^ a b Natawidjaja, D. H., K. Sieh, M. Chlieh, J. Galetzka, B. W. Suwargadi, H. Cheng, R. L. Edwards, J.-P. Avouac, and S. N. Ward (June 2006). "Source parameters of the great Sumatran megathrust earthquakes of 1797 and 1833 inferred from coral microatolls". Journal Of Geophysical Research 111 (B06403): B06403. DOI:10.1029/2005JB004025.
  13. ^ Asnan, Gusti, (2002), Transportation on the west coast of Sumatra in the nineteenth century, In: Bijdragen tot de Taal-, Land- en Volkenkunde, On the road The social impact of new roads in Southeast Asia 158, no: 4, Leiden, 727-741. www.kitlv-journals.nl
  14. ^ Muljana, Slamet (2008). Kesadaran nasional: dari kolonialisme sampai kemerdekaan. PT LKiS Pelangi Aksara. hlm. 2. ISBN 979-1283-57-5. 
  15. ^ Aqsha, Darul (2005). K. H. Mas Mansur, 1896-1946. Erlangga. hlm. 72. ISBN 979-781-145-X. 
  16. ^ a b c d e Safwan, Mardanas, (1987), Sejarah kota Padang, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Direktorat Sejarah dan Nilai Tradisional, Proyek Inventarisasi dan Dokumentasi Sejarah Nasional.
  17. ^ a b Kahin, A., (1999), Rebellion to integration: West Sumatra and the Indonesian polity, 1926-1998, Amsterdam University Press, ISBN 90-5356-395-4.
  18. ^ legislasi.mahkamahagung.go.id Perubahan Batas Wilayah Kotamadya Daerah Tingkat II Padang (diakses pada 27 Juli 2010)
  19. ^ sirrma.bppt.go.id Bencana Gempa Bumi dan Kolateral Longsor dan Kebakaran di Sumbar (diakses pada 26 Juli 2010)
  20. ^ www.indonesiavancouver.org Sambutan Presiden RI pada Rapat Terbatas Penanganan Gempa Bumi di Padang dan Jambi (diakses pada 27 Juli 2010)
  21. ^ www.presidenri.go.id Presiden Tiba di Padang, Sumatera Barat (diakses pada 29 Oktober 2010)
  22. ^ a b c sumbar.bps.go.id Luas Daerah dan Jumlah penduduk Kota Padang
  23. ^ www.kp3k.dkp.go.id Kawasan Konservasi (diakses pada 27 Juni 2010)
  24. ^ www.ppk-kp3k.dkp.go.id Profil Pulau Pisang Gadang (diakses pada 27 Juni 2010)
  25. ^ www.padang.go.id Profil Geografis Kota Padang
  26. ^ iklim.bmg.go.id Rata-rata suhu udara Kota Padang
  27. ^ a b c Amran, Rusli (1988). Padang riwayatmu dulu. Yasaguna. 
  28. ^ Colombijn, Freek. Paco-Paco (Kota) Padang. hlm. 69-77. 
  29. ^ Zein, Abdul Baqir (1999). Masjid-masjid bersejarah di Indonesia. Gema Insani. ISBN 979-561-567-X. 
  30. ^ Soekarno (1990). Bung Karno dan Islam: kumpulan pidato tentang Islam, 1953-1966. Haji Masagung. ISBN 979-412-167-3. 
  31. ^ a b Colombijn, Freek, (1994), Patches of Padang: the history of an indonesian town in the twentieth century and the use of urban space, Research School CNWS, ISBN 978-90-73782-23-5.
  32. ^ a b Asnan, Gusti, (2007), Memikir ulang regionalisme: Sumatera Barat tahun 1950-an, Yayasan Obor Indonesia, ISBN 978-979-461-640-6.
  33. ^ Husein, Ahmad, (1992), Sejarah perjuangan kemerdekaan R.I. di Minangkabau/Riau 1945-1950, Volume 1, Badan Pemurnian Sejarah Indonesia-Minangkabau, ISBN 978-979-405-126-9
  34. ^ Sudarmanto, J. B., (2007), Jejak-jejak pahlawan: perekat kesatuan bangsa Indonesia, Grasindo, ISBN 978-979-759-716-0.
  35. ^ a b Fatimah. Siti, Amri. Emizal, Ayu. Yasrina, Zed. Mestika, (2007), Bgd. Azizchan, 1910-1947: pahlawan nasional dari Kota Padang, Universitas Negeri Padang, ISBN 978-979-3458-14-4.
  36. ^ Rasyid. Sutan Mohamad, (1981), Rasjid-70, Panitia Peringatan Ulang Tahun Mr. Rasjid ke-70.
  37. ^ Tim Penulis, Pahlawan Indonesia, Niaga Swadaya, ISBN 978-979-1481-60-1.
  38. ^ Poesponegoro. Marwati Djoened, Notosusanto. Nugroho, (1992), Sejarah nasional Indonesia: Jaman Jepang dan jaman Republik Indonesia, PT Balai Pustaka, ISBN 978-979-407-412-1.
  39. ^ Ong H.H, (1965), Sapta Marga Berkumandang di Sumatera: Operasi-operasi Menumpas Pemberontakan PRRI, Djakarta: Pusat Sejarah Angkatan Bersenjata.
  40. ^ a b Syamdani, (2009), PRRI, pemberontakan atau bukan, Media Pressindo, ISBN 978-979-788-032-3.
  41. ^ a b Dusky Pandoe, Marthias, (2001), A nan takana (apa yang teringat): memoar seorang wartawan, Kompas, ISBN 978-979-709-002-9.
  42. ^ Anwar, Rosihan, (1986), Perkisahan Nusa, masa 1973-1986, Grafitipers.
  43. ^ a b Haris, Syamsuddin, (2007), Partai dan parlemen lokal era transisi demokrasi di Indonesia: studi kinerja partai-partai di DPRD kabupaten/kota, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, ISBN 978-979-799-052-7.
  44. ^ a b www.padangkini.com Inilah Anggota DPRD Padang yang Telah Ditetapkan KPU (diakses pada 10 Juli 2010)
  45. ^ Graves, Elizabeth E., (2007), Asal-usul elite Minangkabau modern: respons terhadap kolonial Belanda abad XIX/XX, Yayasan Obor Indonesia, ISBN 978-979-461-661-1.
  46. ^ www.diknas-padang.org Profil Sekolah
  47. ^ www.padang.go.id Dinas Pendidikan
  48. ^ nisn.jardiknas.org Data Siswa
  49. ^ Ikatan Dokter Indonesia, (1995), Kiprah dokter dalam era 50 tahun Indonesia merdeka, Ikatan Dokter Indonesia, ISBN 978-979-8129-74-2.
  50. ^ www.tempointeraktif.com Kondisi Rumah Sakit M. Djamil Memprihatinkan (diakses pada 2 Oktober 2010)
  51. ^ www.antara-sumbar.com RS M. Djamil Perbaiki Hospital Disaster (diakses pada 2 Oktober 2010)
  52. ^ www.padang.go.id RSUD Rasidin berbenah diri
  53. ^ a b www.depkes.go.id Buku Profil Kesehatan Tahun 2007 kota Padang (diakses pada 26 juni 2010)
  54. ^ www.semenpadang.co.id RS Semen Padang Mulai Dibangun (diakses pada 14 Oktober 2010)
  55. ^ www.antara-sumbar.com RS Semen Padang Rampung Awal 2011 (diakses pada 14 Oktober 2010)
  56. ^ www.pdampadang.com Tingkatkan Pelayanan, PDAM Bentuk Tim Khusus(diakses pada 26 Juni 2010)
  57. ^ www.tempointeraktif.com PDAM Kota Padang Kesulitan Memperbaiki Jaringan Air(diakses pada 26 juni 2010)
  58. ^ www.pdampadang.com PDAM Padang Akan Memproduksi Air Siap Minum (diakses pada 2 Oktober 2010)
  59. ^ bataviase.co.id PLTU Teluk Sirih Rampung Akhir 2011(diakses pada 26 juni 2010)
  60. ^ www.kpii.co.tv Daftar Alamat Akses Internet Gratis menggunakan WIFI di Indonesia(diakses pada 16 Oktober 2010)
  61. ^ www.wawasannews.com Biaya Pembuatan SIM/STNK di Padang Naik 40%(diakses pada 16 Oktober 2010)
  62. ^ a b ciptakarya.pu.go.id Kota Padang (diakses pada 18 September 2010)
  63. ^ www.classyfm.co.id Kota Padang Kekurangan Armada Sampah (diakses pada 18 September 2010)
  64. ^ www.rumahamangempa.net Mitigasi Tata Ruang Kota Padang Berlandaskan Kearifan Lokal(diakses pada 14 Oktober 2010)
  65. ^ beta.antaranews.com Ratusan Rumah di Padang Terendam Banjir (diakses pada 14 Oktober 2010)
  66. ^ Syahrial, Fadly (2007) (Tesis). Evaluasi Pengelolaan Sistem Drainase Kota Padang. http://digilib.its.ac.id/public/ITS-Master-8269-3305202703-judul.pdf. Diakses pada 6 November 2010. 
  67. ^ nasional.vivanews.com Padang Sebar Peta Evakuasi Tsunami (diakses pada 28 Oktober 2010)
  68. ^ http://dspace.ipk.lipi.go.id Kajian Sistem Evakuasi Vertikal Secara Detail di kota Padang (diakses pada 28 Oktober 2010)
  69. ^ Raffles, Sophia, (1830), Memoir of the life and public services of Sir Thomas Stamford Raffles, London: J. Murray.
  70. ^ Akar Persoalan Terminal Bingkuang
  71. ^ Kantor Pemerintah Kota Padang Akan Dipindahkan ke Timur Tempo Interaktif, 22 Oktober 2009
  72. ^ Colombijn, Freek. Paco-Paco (Kota) Padang. hlm. 65. 
  73. ^ www.kimpraswil.go.id Presiden Resmikan Bandaran Internasional Minangkabau dan ruas jalan Tabing-Duku Situs resmi Departemen Kimpraswil
  74. ^ Sjafrizal, Ekonomi Regional, Niaga Swadaya, ISBN 978-979-17475-2-3.
  75. ^ a b Penerbit Buku Kompas, Profil daerah kabupaten dan kota, Volume 2, Penerbit Buku Kompas, ISBN 978-979-709-054-8.
  76. ^ www.semenpadang.co.id Kapasitas Produksi (diakses pada 9 Juni 2010)
  77. ^ Kantor Bank Indonesia Padang, Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sumatera Barat, Triwulan III - 2009.Sumbar Triwulan III-2009 (diakses pada 9 Juni 2010)
  78. ^ Kantor Bank Indonesia Padang, Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sumatera Barat, Triwulan I - 2010.Sumbar Triwulan I-2010 (diakses pada 9 Juni 2010)
  79. ^ www.padang.go.id Plaza Andalas mulai dioperasikan kembali (diakses pada 9 Juni 2010)
  80. ^ www.menitriau.com Wako Padang Minta APBN untuk Bangun Pasar Raya (diakses pada 2 Oktober 2010)
  81. ^ www.padang.go.id Minta Dukungan Pembangunan Pasar dan Shelter (diakses pada 2 Oktober 2010)
  82. ^ Kato, Tsuyoshi (2005). Adat Minangkabau dan merantau dalam perspektif sejarah. Jakarta: PT Balai Pustaka. ISBN 979-690-360-1. 
  83. ^ Potensi Kota Padang. Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Padang. Diakses pada 2 Oktober 2010.
  84. ^ Rusli, Marah, (1991), Sitti Nurbaya: kasih tak sampai, PT Balai Pustaka, ISBN 978-979-407-167-0.
  85. ^ Dwi Elisa, Caroline Johnson, (2000), Malin Kundang: folktales from West Sumatra, Penerbit PT Framedia Widiasarana Indonesia, ISBN 978-979-669-872-1.
  86. ^ www.newsikuai-island.com New Sikuai Island Resort
  87. ^ Backshall, Stephen, (2003), The Rough Guide to Indonesia, pp. 403, Rough Guides, ISBN 1-85828-991-2.
  88. ^ Ramli, Andriati, 2008, Masakan Padang: Populer & Lezat, Niaga Swadaya, ISBN 978-979-1477-09-3
  89. ^ Track Pacu Updates. Diakses pada 2 Oktober 2010.
  90. ^ www.antara-sumbar.com Karnaval Sipasan dan Barongsai (diakses 28 Oktober 2010)
  91. ^ tourism.padang.go.id Pawai Telong-telong (diakses 28 Oktober 2010)
  92. ^ Dampak pengembangan pariwisata terhadap kehidupan budaya daerah Sumatera Barat, (1992), Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Bagian Proyek Inventarisasi dan Pembinaan Nilai-Nilai Budaya Sumatera Barat.
  93. ^ Pasambahan dalam Upacara Kematian di Kecamatan Kuranji Kota Padang. Balai Kajian Sejarah dan Nilai Tradisional Padang. 2005. http://www.bpsnt-padang.info/index.php?option=com_content&task=view&id=92&Itemid=50. 
  94. ^ Draeger, D.F., (1972). Weapons and fighting arts of the Indonesian archipelago. C. E. Tuttle Co. 
  95. ^ Surat Kabar Pertama di Indonesia. Diakses pada 2 Oktober 2010.
  96. ^ Trübner's American and Oriental literary record, Issues 1-24, (1865), Trübner & Co.
  97. ^ Sejarah Indonesia Modern 1200–2008, Penerbit Serambi, ISBN 978-979-024-115-2.
  98. ^ Pusat Penelitian dan Pengembangan Kemasyarakatan dan Kebudayaan, (1999), Pesona bahasa Nusantara menjelang abad ke-21, hlm. 46, Kepustakaan Populer Gramedia, ISBN 978-979-9023-34-6.
  99. ^ rripadang.co.id RRI Padang
  100. ^ www.classyfm.co.id Radio Classy FM
  101. ^ www.pronewsfm.com PT. Radio Swara Carolina

[sunting] Bacaan selanjutnya

  • Colombijn, Freek (2006). Paco-Paco (Kota) Padang: Sejarah Sebuah Kota di Indonesia pada Abad ke-20 dan Penggunaan Ruang Kota. Yogyakarta: Penerbit Ombak. 

[sunting] Pranala luar

Koordinat: 0°57′2.76″S 100°21′41.64″E / 0.9507667°LS 100.3615667°BT / -0.9507667; 100.3615667
 l  b  s 
Kota-kota besar di Indonesia
  Kota Provinsi Populasi     Kota Provinsi Populasi
1 Jakarta DKI Jakarta 9.588.198 Kota Padang
Kota Padang
7 Depok Jawa Barat 1.751.696
2 Surabaya Jawa Timur 2.765.908 8 Semarang Jawa Tengah 1.553.778
3 Bandung Jawa Barat 2.417.584 9 Palembang Sumatera Selatan 1.452.840
4 Bekasi Jawa Barat 2.378.211 10 Makassar Sulawesi Selatan 1.339.374
5 Medan Sumatera Utara 2.109.339 11 Tangerang Selatan Banten 1.303.569
6 Tangerang Banten 1.797.715 12 Bogor Jawa Barat 952.406
Sumber: Situs CityPopulation.de

[sunting] Galeri

Ruang nama
Varian
Tindakan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar